Jogja, Komunitastodays,- Acara yang berlangsung pada Jumat pagi, 18 Oktober 2024, dibuka dengan sambutan dari Wakil Rektor ISI Yogyakarta, Dr. Dewanto Sukistono, M.Sn. Acara kemudian dilanjutkan dengan penandatanganan perjanjian kerja sama (PKS) antara ISI Yogyakarta yang diwakili oleh Dekan Fakultas Seni Pertunjukan, Dr. I Nyoman Cau Arsana, S.Sn., M.Hum., dan Ketua Jurusan Etnomusikologi, Drs. Joko Tri Laksono, M.A., M.M., dengan beberapa universitas di Indonesia, mulai dari Aceh hingga Papua.
Keynote pertama yang sekaligus membuka IDEF 2024 disampaikan oleh Direktur IDEF 2024, Dr. Citra Aryandari, S.Sn., M.A., yang dilanjutkan oleh Dr. Raja Iskandar dari Universiti Malaysia Kelantan dan Dr. Marzanna Poplawska dari Warsaw University, Polandia.
Setelah sesi keynote, acara dibagi menjadi empat panel presentasi yang berlangsung simultan di ruang-ruang terpisah sesuai kelompoknya. Pada Panel 1, terdapat empat presenter dengan moderator Ribeth Nurvijayanto, S.Sn., M.A.
Presentasi 1: Pieter Very Setiawan membawakan topik “Resilience Through Gamelan Liturgy Tradition as a Symbol of Resilience and Identity of Javanese Catholic Community in Yogyakarta,” bersama dengan Toni Anwar Rosidy dari Universitas Gadjah Mada.
Presentasi 2: Markus Rumbino menyampaikan “Akhoykoy: Musical Alarm for Life from the Land of Sentani Papua.” Selain menjadi perwakilan ISBI Tanah Papua dalam penandatanganan PKS dengan ISI Yogyakarta, Markus Rumbino juga membawa mahasiswa Papua untuk melakukan pertunjukan musik di Yogyakarta.
Presentasi 3: Markus Soegiarto Hartono, penerus tokoh perintis dan pelestari Kolintang di Tanah Jawa, alm. Petrus Kaseke, menyampaikan karya ilmiah tentang “Keseimbangan Seni dan Sains Kolintang Minahasa.” Menurut moderator, latar belakang pendidikan Markus adalah teknik, dan ia sebelumnya pernah membawakan Masterclass Kolintang di ISI Yogyakarta pada tahun 2023. Kini, Markus membawakan karya ilmiah setelah menempuh dua program lanjutan: Master of Ministry di STT Amanat Agung Jakarta dan Master of Education di University of the People, Pasadena, USA. Ia menjelaskan bahwa keseimbangan seni dan sains dalam Kolintang Minahasa menjadi dasar pedagogi Kolintang yang bermanfaat untuk memfasilitasi individu yang kesulitan belajar musik secara auditif agar mampu merasakan “feeling musik” melalui pendekatan gerak yang terukur secara visual dan taktil. Keberhasilan metode ini terlihat dalam buku “Kolintang Magic,” yang menjadi buku pelajaran musik di sekolah internasional di Bangkok. Markus juga terpilih sebagai pembicara pada konferensi Internasional Orff Music di Perth, Australia.
Presentasi 4: Hasyimkan Laya Gamolan menyampaikan topik “Lokananta: Nature’s Harmony for Life.” Hasyimkan merupakan Ketua Program Studi Pendidikan Musik FKIP Universitas Lampung. Selain membawakan karya ilmiah, ia juga mewakili Universitas Lampung dalam penandatanganan PKS dengan ISI Yogyakarta.
IDEF 2024 menjadi wadah berbagi ilmu dan pengalaman yang berharga bagi para akademisi, peneliti, dan praktisi musik. Konferensi ini tidak hanya memperkaya khazanah etnomusikologi, tetapi juga mempererat jaringan antar institusi pendidikan di Indonesia dan dunia.(Nn/Red)