Menu

Mode Gelap
Wali Kota Jakarta Barat Buka Seleksi Abang None 2025, Tekankan Pentingnya Pertahankan Prestasi Disaksikan Dewan Pers, PWI Akhirnya Tandatangani Panitia Bersama Kongres Persatuan Kasad Hadiri Pembukaan Indo Defence 2025 Expo & Forum Fun Bike Siwo PWI Jaya Catat Rekor Peserta dan Berlimpah Hadiah Hendry dan Zulmansyah Sepakat Kongres Persatuan PWI Digelar Agustus 2025

Nasional · 18 Jun 2025 18:05 WIB

Kecam Penyangkalan Pemerkosaan Massal 1998, PP HIKMAHBUDHI Desak Fadli Zon Minta Maaf


 Kecam Penyangkalan Pemerkosaan Massal 1998, PP HIKMAHBUDHI Desak Fadli Zon Minta Maaf Perbesar

Jakarta, Komunitastodays,— Pernyataan Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon, yang meragukan kebenaran peristiwa pemerkosaan massal terhadap perempuan Tionghoa pada Mei 1998, menuai kecaman dari berbagai pihak. Dalam sebuah wawancara yang belakangan viral di media sosial, Fadli Zon menyebut tragedi tersebut sebagai “rumor yang belum terbukti”, dengan alasan perlunya bukti yang kuat untuk mengukuhkannya sebagai fakta sejarah.

Menanggapi hal tersebut, Pengurus Pusat Himpunan Mahasiswa Buddhis Indonesia (PP HIKMAHBUDHI) menyatakan keberatannya melalui Sekretaris Presidium Pusat, Melinia Luky. Rabu (18/6/2025) Menurutnya, pernyataan tersebut tidak hanya keliru secara historis, tetapi juga berpotensi melukai para penyintas, aktivis HAM, serta tim investigasi independen yang selama lebih dari dua dekade berjuang mengungkap kebenaran.

“Tragedi 1998 adalah luka kolektif bangsa yang tidak boleh dimanipulasi. Mengaburkan tragedi ini atas nama kehormatan bangsa justru dapat mempermalukan martabat bangsa itu sendiri. Bangsa yang besar bukanlah yang menyembunyikan dosa, tetapi yang berani mengakuinya,” ujar Melinia.

PP HIKMAHBUDHI menegaskan bahwa pernyataan Fadli Zon bertentangan dengan pengakuan sejumlah tokoh nasional, termasuk Presiden BJ Habibie saat itu, serta hasil investigasi Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Kerusuhan Mei 1998 yang telah mendokumentasikan berbagai kekerasan, termasuk kekerasan seksual terhadap perempuan etnis Tionghoa.

Lebih lanjut, pernyataan tersebut dinilai sebagai bagian dari upaya sistematis untuk merevisi sejarah nasional, membungkam suara korban, dan menghapus tanggung jawab aktor-aktor kekuasaan dalam kekerasan struktural negara.

“Sebagai mahasiswa Buddhis, kami percaya bahwa kebenaran tidak untuk disembunyikan, dan belas kasih berarti berpihak kepada korban, bukan membela kekuasaan. Pernyataan ini dapat melecehkan perjuangan kemanusiaan dan melanggengkan budaya impunitas,” kata Melinia.

Atas dasar tersebut, PP HIKMAHBUDHI mendesak Fadli Zon untuk menarik kembali pernyataannya serta menyampaikan permintaan maaf secara terbuka kepada publik.(Rvn)

Artikel ini telah dibaca 12 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Kapolri Tinjau SPPG Polda Bali, Pastikan Dukung Program MBG Pemerintah

17 June 2025 - 15:42 WIB

Disaksikan Dewan Pers, PWI Akhirnya Tandatangani Panitia Bersama Kongres Persatuan

13 June 2025 - 21:26 WIB

Kasad Hadiri Pembukaan Indo Defence 2025 Expo & Forum

11 June 2025 - 19:34 WIB

Laga Timnas Vs China, Polri Kerahkan 3.270 Personel Pengamanan

5 June 2025 - 17:50 WIB

Hari Ini Resmi Dibuka! Rute Transjabodetabek Sawangan–Lebak Bulus Mulai Beroperasi Solusi Mobilitas Lintas Kota yang Nyaman dan Ramah Lingkungan

5 June 2025 - 09:35 WIB

Hari Lahir Pancasila 2025, Polda Metro Jaya Serukan Revitalisasi Nilai Luhur Bangsa

2 June 2025 - 20:34 WIB

Trending di Nasional