Menu

Mode Gelap
Wali Kota Jakarta Barat Buka Seleksi Abang None 2025, Tekankan Pentingnya Pertahankan Prestasi Disaksikan Dewan Pers, PWI Akhirnya Tandatangani Panitia Bersama Kongres Persatuan Kasad Hadiri Pembukaan Indo Defence 2025 Expo & Forum Fun Bike Siwo PWI Jaya Catat Rekor Peserta dan Berlimpah Hadiah Hendry dan Zulmansyah Sepakat Kongres Persatuan PWI Digelar Agustus 2025

Nasional · 10 Oct 2023 14:18 WIB

Pembangkit Listrik Tenaga Air Harus Sinergi Dengan Konservasi


 Pembangkit Listrik Tenaga Air Harus Sinergi Dengan Konservasi Perbesar

Jakarta, Komunitastodays,- Universitas Indonesia sekaligus CEO Environment Institute dalam Seminar Integrasi Transisi Energi dengan Konservasi Ekosistem Daratan di IPB, Selasa 10 Oktober 2023. Sudah tidak dapat ditawar lagi bahwa agenda Paris Agreement untuk tidak melampaui 1,5° Celsius perlu upaya mitigasi agar emisi global tidak melampaui 33 Giga ton CO2e melalui transisi energi, termasuk di Indonesia.

Tidak hanya mungkin, namun memang sudah seharusnya pembangkit listrik tenaga air terintegrasi dengan konservasi ekosistem daratan, demikian tegas Mahawan Karuniasa, pakar lingkungan Indonesia memasuki dekade dominasi emisi sektor energi, artinya sebagian besar emisi gas rumah kaca nasional berasal dari sektor ini yang meliputi tiga sumber utama yaitu pembangkit listrik, transportasi, dan industri.

Khusus untuk pembangkit listrik, berdasarkan dokumen LTS-LCCR (Long Term Strategi for Low Carbon and Climate Resilience) strategi utama pemangkasan emisi dilakukan dengan coal phase down, penggunaan gas, penerapan teknologi Carbon Capture and Storage, serta peningkatan pembangkit listrik bertenaga air, angin, matahari, dan panas bumi.

Staf Ahli Menteri KLHK yang hadir, Haruni Krisnawati menyatakan bahwa transisi energi diperlukan dalam implementasi NDC (Nationally Determined Contribution) bersamaan dengan pencapaian target FOLU Net Sink 2030, sehingga implementasi NDC dilaksanakan sesuai komitmen Indonesia dan strategi implementasi NDC yang telah disusun.

Sementara itu Jatna Suprijana menyampaikan biodiversity loss menjadi masalah global termasuk Indonesia sebagai negara mega biodiversity, sehingga upaya transisi energi mesti sinergi dengan konservasi ekosistem, seperti pengembangan PLTA Batang Toru dengan konservasi Orangutan Tapanuli yang tersisa 200 ekor.

Dalam perspektif spasial, sebenarnya rencana PLTA Batang Toru sebagai contoh, dengan beban puncak 510 Mega Watt, memberikan usikan bentang lahan yang minim, termasuk satwa liar, karena waterway dari dam intake ke power house dibangun dibawah tanah, sangat berbeda dengan pembukaan lahan besar-besaran untuk pertanian dan perkebunan.

Kehati-hatiannya justru pada ekosistem sungainya yang paralel dengan waterway karena implikasi perubahan perilaku debit airnya berpengaruh pada ekistem sungai, demikian kata Mahawan menutup pernyataannya menanggapi perkembangan PLTA Batang Toru yang dipaparkan. (Riko)

Artikel ini telah dibaca 3,271 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Gubernur DKI Jakarta Resmikan Balai Warga RW 09 Rawa Buaya

20 June 2025 - 16:04 WIB

Kecam Penyangkalan Pemerkosaan Massal 1998, PP HIKMAHBUDHI Desak Fadli Zon Minta Maaf

18 June 2025 - 18:05 WIB

Kapolri Tinjau SPPG Polda Bali, Pastikan Dukung Program MBG Pemerintah

17 June 2025 - 15:42 WIB

Disaksikan Dewan Pers, PWI Akhirnya Tandatangani Panitia Bersama Kongres Persatuan

13 June 2025 - 21:26 WIB

Kasad Hadiri Pembukaan Indo Defence 2025 Expo & Forum

11 June 2025 - 19:34 WIB

Laga Timnas Vs China, Polri Kerahkan 3.270 Personel Pengamanan

5 June 2025 - 17:50 WIB

Trending di Nasional