Menu

Mode Gelap
PWI Tegaskan Negara Wajib Hadir Lindungi Wartawan, Bukan Sekadar Tanggung Jawab Moral PWI Pusat Tegaskan Kepemimpinan Kesit Budi Handoyo di PWI Provinsi DKI Jakarta PWI Pusat Prihatin Pencabutan Kartu Liputan Istana Wartawan CNN Indonesia PWI Pusat Kembali ke Rumah Lama, Awali Kepengurusan Baru dengan Doa Yatim Piatu Nadiem Makarim Ditetapkan Tersangka Kasus Korupsi Pengadaan Laptop

Parbud ยท 1 Jun 2022 18:04 WIB

Sanggar Tari Padepokan Cahaya Buana Pentas di Festival Budaya Nusantara 2022


 Sanggar Tari Padepokan Cahaya Buana Pentas di Festival Budaya Nusantara 2022 Perbesar

Magelang,Komunitastodays- Dalam menyambut hari lahirnya Pancasila di Balkondes Kembanglimus diadakan acara Festival Budaya Nusantara yang mengambil Thema Bazaar Produk UMKM & BumDesa Rabu (1/6/2022), acara ini dimeriahkan oleh Sanggar Tari Padepokan Cahaya Buana.

Saat ditemui awak media YM Ratu kanjeng gusti nimas ayu arum Cakraningrat,selaku pimpinan sanggar mengtakan bahwa makna tarian tersebut mengisahkan, Kisah Raja Dyah Ayu Putri Gayatri, yaitu Putri dari Kerajaan Bali yang di persunting oleh Raja besar yang ada di daerah Jawa Dwipa yang bernama Syailendra. Dari pernikahan tersebut lahirlah seorang bayi yang bernama Putri Pujawati atau lebih di kenal Jonggrang.

Ketika Jonggrang masih kecil Syailendra menikahi Dewi Witartri, yaitu anak dari Pendeta yang ada di lereng gunung Agung, Karangasem, Bali.

Atas permintaan Witantri, Gayatri dipulangkan ke Bali oleh Syailendra. Ketika perjalanan menuju Bali, justru terdampak badai besar hingga terdamparlah di bumi Tiongkok China.

Saat di bumi Tiongkok, Gayatri digoda dan dihamili Raja Siluman, sehingga lahirlah seorang bayi laki-laki yang bernama Mahendra.

Di saat genting inilah Gayatri ditolong oleh Panglima Ling ( adik Kaisar Ming ) lalu di peristri. Dari pernikahan inilah lahir seorang putri yang bernama Lim Sung Liu atau Dewi Larasati.

Dewi Larasati tersebut yang menjadi cikal bakal terbentuknya Candi Sewu yang ada di area Candi Prambanan. Selanjutnya, Panglima Ling beserta keluarga berlayar menuju ke Jawa Dwipa.

Sesampainya di Samudera Asia, ada ombak besar yang menyebabkan kapal terdampar di sebuah pulau yang tidak berpenghuni. Kemudian, tempat tersebut menjadi tempat tinggal serta tempat pemujaan dengan sebutan Abaya Giri.

Abaya Giri Bramadherta, artinya bukit ketenangan untuk mencapai surga yang sejati dan tertinggi. Selain itu, Gayatri kemudian mengganti nama menjadi Arunboko yang artinya Perempuan penguasa pinggiran lautan.

Bramadherta di wujudkan dengan unsur agama dan 3 budaya, yaitu Hindu, Buddha, da Islam Tauhid atau Kepercayaan Kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Dengan wujud budaya Cina,Bali, kemudian simbol tersebut di wujudkan berupa tiga Candi untuk pemujaan diatas Worosegoro yaitu, Boko, Prambanan, dan Borobudur.

Tiga Candi tersebut, merupakan gambaran hubungan manusua yang menyatu menjadi satu di atas bumi Jawa Dwipa. Hubungan manusia dengan Tuhan di wujudkan di Candi Boko.

Hubungan manusia dengan manusia di wujudkan dengan Candi Prambanan. Sedangkan hubungan manusia dengan alam di wujudkan dengan Candi Borobudur yang berlambang bunga teratai dan burung merak ( dadak merak ).(Ferry)

Penulis: Kanjeng Gusti Ratu Ayu Setyomurti (Nimas Ayu Arum Cakraningrat).

Artikel ini telah dibaca 6 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Hotel 88 Mangga Besar VIII Hadirkan Halloween Spooky Night

3 November 2025 - 22:51 WIB

Sudis Parekraf Jakarta Barat Gelar Famtrip Pengenalan Destinasi Wisata 2025

26 October 2025 - 07:43 WIB

Tempat Baru untuk Cari Kedamaian di Jakarta: Taman Doa Kasih Mulia Sejati

2 October 2025 - 21:20 WIB

Parekraf Jakarta Barat Gelar Pembinaan untuk 100 Peserta Pokdarwis di Setu Babakan dan Hotel Ciputra

29 August 2025 - 13:38 WIB

Festival Batavia Siap Digelar di Kota Tua September 2025

26 August 2025 - 20:16 WIB

Grand Opening Thelas Cafe di Jatiasih, Tawarkan Konsep Modern-Retro dan Menu Istimewa untuk Semua Kalangan

10 August 2025 - 20:31 WIB

Trending di Parbud