Jakarta, Komunitastodays, – Sebanyak 38 biksu (Bante) dari Thailand yang tengah menjalani ritual perjalanan suci Thudong tiba di Indonesia pada Jumat (18/4). Rombongan ini akan melanjutkan perjalanan mereka menuju Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah, dalam rangka perayaan Hari Raya Waisak yang akan jatuh pada 12 Mei 2025 mendatang.
Sebelum melanjutkan perjalanan ke Borobudur, para Bante terlebih dahulu akan beristirahat dan menginap di Vihara Hemadhiro Merthavati, Kapuk, Cengkareng, Jakarta Barat. Jumat (18/4/25).
Perjalanan para Bante ini bukanlah hal yang mudah. Mereka telah menempuh jarak lebih dari 2.800 kilometer dengan berjalan kaki melewati Thailand, Malaysia, dan Singapura, serta sempat singgah di Batam sebelum tiba di Jakarta.
Kedatangan mereka di Bandara Soekarno-Hatta disambut meriah oleh ratusan umat Buddha, warga sekitar, anak-anak, hingga kelompok majelis taklim yang turut menyambut dengan iringan musik rebana. Suasana penuh haru dan kehangatan mewarnai penyambutan sejak sore hingga petang.
Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha Kementerian Agama, Supriyadi, bersama pengurus Vihara Hemadhiro Merthavati turut menyambut rombongan. Ia mengapresiasi kehadiran para Bante dan menyebut momen ini sebagai wujud nyata dari toleransi antarumat beragama di Indonesia.
“Kedatangan Bante saat melaksanakan Thudong ini merupakan kebanggaan bagi bangsa Indonesia. Ini menunjukkan kuatnya peradaban dan semangat toleransi beragama yang telah diwariskan oleh leluhur kita,” ujar Supriyadi. Ia juga mengucapkan terima kasih kepada Laskar Macan Ali dan umat Muslim yang ikut mendampingi perjalanan para Bante.
Ketua Thudong DKI Jakarta yang juga anggota DPRD DKI dari Fraksi PSI, Kevin Wu, menyampaikan apresiasi kepada berbagai elemen masyarakat lintas agama yang telah ikut serta dalam mendukung pelaksanaan perjalanan spiritual ini.
“Terima kasih kepada semua pihak lintas agama yang telah membantu menyambut dan mendampingi para Bante. Perjalanan ini akan berlangsung hingga 15 Mei nanti, dan akan menjadi bagian penting dalam perayaan Waisak di Candi Borobudur,” ungkap Kevin.
Ketua DKM Masjid Al Muhlisin, Abdul Aziz, juga turut menyatakan rasa bangganya atas kunjungan para Bante ke lingkungan mereka.
“Kehadiran Bante menjadi kebanggaan warga di sini. Ini adalah bukti nyata bahwa toleransi beragama dan nilai-nilai kemanusiaan tetap hidup di tengah masyarakat kita,” katanya.
Sementara itu, Laskar Macan Ali, yang dikenal sebagai kelompok adat dari Cirebon, turut mengawal perjalanan para Bante, meskipun sebagian besar anggotanya beragama Islam.
“Kami tidak punya niat apa-apa, hanya menjalankan warisan leluhur tentang toleransi. Leluhur kami seperti Sunan Gunung Jati mengajarkan untuk hidup damai berdampingan,” ujar salah satu perwakilan Laskar Macan Ali.
Dengan semangat toleransi yang kuat, Indonesia kembali menunjukkan kepada dunia bahwa keragaman bukan penghalang, melainkan kekuatan dalam menjaga harmoni dan perdamaian.(Fjr)